Panduan mengenai makna warna.

Merah

Merah adalah warna yang sangat kuat dan diasosiasikan baik untuk hal positif maupun negatif. Di sisi positifnya, merah menyimbolkan kekuatan, semangat, dan kepercayaan diri. Namun warna ini juga bisa memberi kesan agresif, menyimbolkan amarah, waspada, atau bahaya. Ini tidak lantas mengharuskan Anda menghindari warna tersebut. Anda bisa menggunakan kedua sisi aspek warna merah dan konotasi kuatnya untuk keuntungan Anda.

“Misalnya, jika Anda mendesain interaksi UI atau UX, jangan gunakan warna biru untuk tombol Delete Anda,” ujar desainer UI dan UX Aliza Ackerman. “Anda perlu menggunakan warna yang bertindak ibarat peringatan dan mengatakan, ‘Anda akan menghapus ini. Anda yakin akan melakukannya?’”

Merah akan membantu mendorong orang membuat keputusan lebih cepat. Hampir setiap merek makanan cepat saji memiliki warna merah pada palet warnanya, karena merah menimbulkan respons fisik; itu membuat orang lebih lapar dan menstimulasi selera makan. Serupa dengan hal ini, perusahaan sering kali memilih merah untuk mengumumkan promo karena memberikan urgensi pada pesannya.

Oranye

Oranye berwarna cerah dan penuh energi. Menyenangkan, ceria, seru, kuat, dan menarik perhatian adalah semua atribut yang bisa Anda masukkan ke dalam merek atau pesan Anda menggunakan warna oranye. Banyak merek teknologi menggunakan warna oranye, kemungkinan karena warna tersebut menyalurkan rasa optimis dan energi belia yang mungkin ingin disampaikan oleh perusahaan startup teknologi.

Kuning

Kuning mengonotasikan keceriaan dan menambahkan sedikit kesan segar pada palet warna Anda. “Ini adalah warna yang sangat kuat dan sungguh menarik perhatian, jadi sering kali saya menggunakannya sedikit saja sebagai warna aksen” ujar Ackerman. Seperti warna merah, kuning bisa bertindak sebagai sirine peringatan dan pesan informasional yang tegas.

Biru

Blue bersifat meneduhkan, menenangkan, dan ramah. Warna ini sering kali menjadi pilihan yang tidak pernah gagal dan netral serta bisa menyampaikan kesan yang profesional atau ramah, bergantung pada bagaimana Anda menggunakannya. Biru adalah warna yang bisa dipercaya, dan skor merek di semua industri menggunakan warna ini untuk membangun citra positif untuk mereka sendiri.

Selain itu, biru bisa membangkitkan rasa sedih, yang mana dibuktikan dengan frasa-frasa umum bahasa Inggris seperti “feeling blue,” atau “having the blues.” Ini sebagian karena warna biru terletak di ujung spektrum warna yang berkesan dingin, berlawanan dengan warna hangat seperti merah dan oranye. Sekali lagi, corak (shade) warna biru yang berbeda bisa menimbulkan emosi berbeda. Ingatlah selalu hal ini saat Anda memilih palet warna.

Ungu

“Ungu adalah warna yang sangat elegan. Warna ini menunjukkan loyalitas, jadi kapan pun Anda ingin membangun rasa percaya, warna ungu adalah pilihan yang hebat,” ujar Ackerman. Selain rasa percaya, ungu juga sering dicap sebagai kesan misterius. Warna yang kaya ini secara tradisional bersifat feminin dan juga memiliki kaitan sejak dulu dengan kerajaan dan kemewahan.

Implikasi historis warna harus sama sekali tidak mendikte cara Anda menggunakannya, tetapi Anda harus waspada dengan bagaimana warna ditanamkan secara mendalam atau bahkan asosiasinya dengan alam bawah sadar seperti ini bisa secara tidak sengaja menjadikan pesan Anda meleset.

Pink

“Banyak merek yang dilengkapi warna pin untuk menghadapi audiens yang feminin,” ujar Ackerman. Dengan memberikan kesan merawat dan ceria silih berganti, pink adalah warna kuat yang seringkali membuat orang-orang memikirkan tentang semangat, cinta, dan masa muda. Warna hot pink yang intens terkesan lebih urgen, sementara warna dusty pink yang minimalis berkesan lebih menenangkan dan netral.

Pink adalah contoh yang hebat mengenai bagaimana makna warna bisa mengubah masyarakat dari waktu ke waktu. Warna yang tadinya pernah diasosiasikan sebagai warna “anak lelaki”, pink kini umum diasosiasikan dengan kesan feminin.

Putih

Putih sering menyimbolkan kesederhanaan, kemurnian, dan kebersihan. Selain sering kali digunakan untuk memberikan kontras pada desain Anda, warna putih memberikan kesan bersih dan netral yang menjaga desain Anda tidak terlalu dibuat ramai berjejal. “Warna putih ada untuk memberikan ruang bernafas pada elemen lain dan untuk menjadi latar belakang guna menampilkan sesuatu yang ingin Anda pusatkan perhatian,” ujar Ackerman.

Coklat

Netral dan alami, coklat “memiliki kesan hangat dan rasa aman pada warnanya ,” ujar Ackerman. Ini adalah warna yang sangat bernuansa tanah yang akan memunculkan elemen dengan mudah dari hal-hal yang berbau alamiah. Jika Anda ingin mendapatkan kesan yang organik dan hangat, coklat sangat cocok untuk disertakan dalam palet warna Anda.

Abu-abu

Sebagai corak (shade) warna netral yang sesungguhnya, abu-abu hampir selalu digunakan sebagai warna sekunder atau aksen. Abu-abu bisa digunakan untuk meredam atau melengkapi warna apa saja, atau digunakan sebagai latar belakang yang hening. Cobalah untuk tidak hanya menggunakan warna abu-abu di keseluruhan desain Anda, karena dapat menggelincirkan kesan netral menjadi suram dan membosankan.

Corak (shade) sama berartinya dengan warna.

Terdapat tiga elemen pada warna: rona (hue), saturasi (saturation), dan luminasi (luminance). Saat Anda membuat palet warna, corak dan kelir (tone) dari warna Anda sama pentingnya dengan warna yang Anda pilih. Warna biru dongker gelap bersifat berani, kuat, dan lebih maskulin, sementara biru terang atau baby blue bersifat ringan, cerah, dan belia. Saat Anda memilih warna, pikirkan mengenai banyak corak berbeda yang terwadahi dan suasana emosi (mood) berbeda yang diciptakan.

Bicara dari perspektif UX, Ackerman sering kali memilih corak-corak yang lebih lembut, terutama saat menggunakan warna hitam-putih. “Saya menurunkan kecerahannya beberapa angka dari warna black atau white sejati. Saya selalu mencoba menggunakan abu-abu lembut atau putih yang sedikit kelabu, karena warna tersebut lebih mudah dipandang mata, terutama pada layar.”